Minggu, 20 Januari 2008

BERJALAN BERSAMA MENUJU GEREJA MANDIRI YANG MISIONER

Pengantar

Sebuah adagium berbunyi begini, “masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah karunia dan masa depan adalah impian”. Mungkin tiada seorangpun yang dapat menyangkal kebenaran adagium tersebut. Ketiga masa tersebut, mulai masa lalu, masa kini hingga masa depan, merupakan proses perjalanan hidup seorang manusia. Masa lalu, menjadi pijakan untuk menatap masa depan sambil mensyukuri karunia masa kini. Kiranya kesadaran inilah yang menjadi dasar bagi seluruh komponen yang ada di Keuskupan Jayapura dengan mengadakan Rapat Koordinasi guna menetapkan program pastoral tahun 2008, yang berlangsung dari tanggal 12-14 Desember 2007 di Balai Pelatihan Sosial Tanah Hitam Abepura. Program pastoral tahun 2008 (masa depan), dirancang dengan melihat berbagai aspek dan peristiwa yang terjadi pada tahun 2006-2007 (masa lalu), hingga situasi kini dapat dihayati dan dinikmati dengan sepenuh hati.

Dinamika Rakor

Hari pertama, 12 Desember dimulai dengan ibadat pembukaan oleh Vikjen, P. Neles Tebay Pr, dan kemudian dilanjutkan dengan pengarahan tim sehubungan dengan maksud/tujuan dan cara kerja dalam merancang program bersama. Rancangan program bersama, mesti berpijak dari program masing-masing paroki dan kemudian berdasarkan program paroki itu, disusunlah program tiap-tiap dekenat sambil mensinkronkannya dengan program-program yang telah dibuat oleh setiap komisi keuskupan. Karena itu setelah pengarahan tersebut, masing-masing dekenat berkumpul untuk membuat program dekenat dengan mempertemukan program setiap komisi.
Setelah bekerja dengan ekstra keras hingga ada kelompok yang membahas programnya sampai larut malam, hari kedua rakor menjadi ajang untuk melaporkan rancangan program-program setiap dekenat. Seluruh program yang disusun oleh setiap dekenat dengan memasukkan bagian-bagian program yang ditawarkan dari setiap komisi yang ada, ditanggapi secara kritis oleh kuria, tim 5 dan setiap peserta yang hadir. Ada pertanyaan-pertanyaan yang tajam, ungkapan kekecewaan, dan usulan yang bijak, semuanya berangkat dari semangat “melangkah bersama menuju Gereja Mandiri yang Misioner”.
Pada hari yang ketiga, wajah-wajah peserta rakor terlihat sudah mulai letih. Ada yang kecewa karena program dekenatnya belum beres, beberapa peserta tersenyum ceria sebab akan membawa pulang program secara jelas dan pasti, merupakan gambaran yang dirasakan dari situasi rakor. Setelah menyempurnakan program-program yang dibuat berdasarkan masukan-masukan kuria, tim 5, dan peserta rakor, akhirnya kegiatan tersebut ditutup dengan misa oleh Uskup Leo Laba Ladjar OFM.

Program Per Dekenat Tahun 2008

Dekenat Pegunungan Bintang

Selama rakor, Dekenat Pegunungan Bintang “menunjukkan gigi” sebagai dekenat yang memiliki kemapanan dari segi keuangan. Dari seluruh anggaran program tahun 2008 yang berjumlah Rp 121.000.000,-, Dekenat Pegunungan Bintang hanya meminta subsidi dari keuskupan sebesar Rp 10.000.000,-. Bukan hanya soal keuangan saja yang mencolok dari Dekenat Pegunungan Bintang ini, semua tawaran program dari setiap komisi keuskupan diterima dan ditampung dengan penuh sukacita. Tidaklah heran bila pada minggu ketiga bulan Juni 2008 nanti, seluruh komisi akan berada di Dekenat Pegunungan Bintang selama 6 hari dengan agenda utamanya yakni sosialisasi program. Total anggaran kegiatan di minggu ketiga bulan Juni ini diperkirakan menghabiskan dana Rp 60.000.000,-.
Perhatian terhadap Orang Muda Katolik (OMK) terangkum pula dalam program Dekenat Pegunungan Bintang, sesuai dengan tawaran program komisi kepemudaan. Kegiatan pengembangan seni demi menumbukan kecintaan para OMK terhadap seni, dijalankan pada masing-masing paroki setiap akhir pekannya. Juga tawaran kegiatan hari pemuda sedunia yang dilangsungkan di Sydney pada bulan Juli nanti, direspon secara positif oleh Dekenat dengan langsung menunjuk dua utusannya, yakni seorang pastor muda, Hilarius Pekey Pr dengan utusan OMK dekenat yang belum disebutkan namanya.
Selain kegiatan yang dilakukan secara bersama seperti di atas, dekenat ini juga memiliki kegiatan bersama sebagai dekenat tetapi pelaksanannya dilakukan di masing-masing paroki. Pada bulan Januari – Februari, ada kegiatan sosialisasi, pemetaan, pendataan dan pembentukan kombas, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan kepemimpinan ibadat sambil terus memantau dan mengevalusi terbentuknya kombas-kombas serta seluruh kegiatannya. Tak lupa pula unsur kesadaran akan kesatuan dengan Gereja Universal, diperlihatkan oleh dekenat ini dengan mengagendakan kunjungan Uskup Jayapura ke Paroki Oklip pada bulan April, Paroki Oksibil dan Iwur pada bulan Mei, serta ke Paroki Abmisibil pada bulan November. Pada umumnya, kunjungan Uskup tersebut diisi dengan pemberian sakramen Krisma.

Dekenat Jayawijaya

Meski jarak dari tiap paroki cukup jauh dan sulitnya untuk mendapatkan bahan bakar minyak, namun tim pastoral Dekenat Jayawijaya ini tetap memiliki agenda pertemuan yang rutin dan terjadwal secara baik. Kesetiaan untuk berkumpul antar sesama tim pastoral setiap bulannya, menjadi kekuatan tersendiri dari Dekenat Jayawijaya ini. Tidaklah heran bila dalam rakor, Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar OFM, memuji dekenat ini sebagai dekenat yang memiliki team work yang kuat dan kompak.
Kegiatan yang menonjol sepanjang tahun 2008 dari Dekenat ini adalah pelatihan penggerak Komunitas Basis Gereja (KBG) dan OMK yang dilangsungkan pada bulan April, Juni dan September. Tujuan utama dari pelatihan ini pertama-tama adalah agar para penggerak memahami maksud utama dari KBG dan OMK. Berpijak dari pemahaman yang didapat dari pelatihan tersebut, diharapkan agar KBG dan OMK dapat terbentuk di Dekenat Jayawijaya. Bersamaan dengan kegiatan ini direncanakan pula pelatihan memimpin ibadat bagi para koordinator kombas pada bulan Maret dan Mei.
Di samping itu, Dekenat Jayawijaya juga merancang kegiatan-kegiatan yang melibatkan kelompok-kelompok kategorial. Ada temu misdinar yang direncanakan minggu keempat di bulan Juni dengan tujuan menjalin keakraban dan kebersamaan sesama misdinar se-dekenat. Juga ada pembinaan para pembina BIAK yang berlangsung pada bulan Maret dan Agustus sehingga mereka semakin memiliki kecakapan dalam mendampingi BIAK; meningkatkan iman dan kesejahteraan kelompok petani melalui pendampingan pada kelompok-kelompok tani yang berlangsung bulan Mei, Juni dan Oktober serta pembinaan kepala kampung Katolik guna meningkatkan iman dan juga wawasan mereka berkaitan dengan pengelolaan keuangan.
Peristiwa besar yang akan terjadi di Dekenat Jayawijaya adalah Yubileum 50 Tahun Gereja Katolik di Lembah Baliem. Karena merupakan pesta rakyat Baliem terutama umat Katolik, maka kegiatan ini melibatkan berbagai unsur (pemerintah, gereja, adat dan masyarakat secara luas) dengan anggaran biaya sekitar 3 milyar. Berbagai isi kegiatan yang dirancang dalam merayakan yubileum ini antara lain berupa refleksi, seminar, ekaristi dan pertandingan atau perlombaan. Semuanya bertujuan agar semua umat Katolik dapat mengenang kembali, mengevaluasi dan mensyukuri perjalanan iman Katolik di Lembah Balim. Dengan begitu iman umat Katolik di Lembah Baliem semakin diperteguh dan dihayati dalam tutur kata dan tindak-tanduk hidup hariannya.

Dekenat Keerom

Dekenat Keerom dikenal dengan kekacauannya. Maksudnya situasi keamanan Keerom di penghujung akhir tahun 2007 dipenuhi dengan gejolak “hangat” yang menghiasi gerak pastoral dan hidup menggerejanya. Di tengah situasi yang penuh dengan ketegangan itu, Dekenat Keerom patut diacungi jempol karena sukses menyelengarakan Musyawarah Pastoralnya (MUSPAS) yang berlangsung dari tanggal 11 – 13 November 2007. Mengambil tema “Dengan Musyawarah Pastoral Kita Tingkatkan Peran Komunitas Basis Gerejawi dan Orang Muda Katolik dalam Mewujudkan Gereja Mandiri yang Misioner”, Dekenat Keerom memberikan perhatian besar pada 2 bidang kerja yakni KOMBAS dan OMK. Hasil dari musyawarah pastoral ini, menjadi titik pijak Dekenat dalam merancang program pastoralnya di tahun 2008.
Sebagaimana prioritas kegiatan keuskupan yakni OMK dan KOMBAS yang juga menjadi gerakan bersama, maka program pertama dan utama dari Dekenat Keerom adalah membentuk OMK Dekenat dan KOMBAS serta pelatihan-pelatihan terhadap para kordinatornya. Pelatihan ini dilaksanakan dengan dua tahap, yang berlangsung pertama terjadi pada bulan Januari dan kedua pada bulan Mei 2008. Agar gerakan bersama ini menjadi bagian integral dari seluruh lapisan masyarakat, baik adat maupun pemerintah, maka Dekenat Keerom merencanakan kegiatan yang diberi nama “LOKAKARYA BUDAYA”. Lokakarya ini berlangsung pada tanggal 18-20 Februari dengan anggaran belanjanya sebesar Rp 60.000.000,-. Tujuannya agar semua komponen yang ada di Dekenat Keerom, khususnya para tetua adat, dilibatkan secara penuh akan perubahan cara hidup menggereja yang baru ini.
Kehadiran Gereja yang tidak terlepas dari situasi dan persoalan dunia di sekitarnya, sesuai dengan Gereja Mandiri yang Misioner, membuat Dekenat Keerom memfokuskan perhatian pada dua permasalahan sosial yang aktual di tanah Papua ini, yaitu HIV/AIDS dan Papua Tanah Damai. Penyuluhan bahaya HIV/AIDS, ditujukan secara khusus kepada OMK dengan nama kegiatan camping rohani, yang diadakan pada tanggal 3-5 Oktober. Kegiatan ini melibatkan seluruh OMK Dekenat Keerom dengan anggaran dana sebesar Rp 40.000.000,-. Sedangkan kegiatan sosialisasi Papua Tanah Damai, disponsori sepenuhnya oleh SKP Jayapura.

Dekenat Jayapura

Kemandirian umat di masing-masing paroki yang ada di Dekenat Jayapura tidaklah perlu diragukan lagi. Mungkin karena kemandirian ini pulalah, yang kiranya mengakibatkan Dekenat Jayapura ini tidak dapat menyelesaikan program dekenatnya pada rakor. Tidaklah heran bila peserta rakor memberikan “sambutan hangat” atas “prestasi” dekenat ini sambil tersenyum cengar-cengir.
Setelah bersusah payah untuk dapat berkumpul dan merancang program Dekenat Jayapura, akhirnya program yang dinantikan itupun tiba di bagian sekretariat keuskupan Jayapura pada awal Januari 2008. Program-program yang tersusun dalam Dekenat Jayapura, mencerminkan situasi dan kebutuhan umat yang ada. Gerak langkah bersama sekeuskupan dalam memberikan perhatian pada OMK dan KOMBAS, juga tercermin dalam program Dekenat Jayapura. Kegiatan-kegiatan sehubungan dengan orientasi dasar OMK dan KOMBAS baik yang diselenggarakan oleh pihak keuskupan maupun yang berasal dari dekenat sendiri, diprogramkan secara berkesinambungan sepanjang tahun 2008. Diawali dengan kegiatan seminar orientasi dasar OMK dan KOMBAS untuk melakukan koordinasi, perencanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan di masing-masing dan selanjutnya pelatihan-pelatihan para penggerak OMK dan KOMBAS.
Kegiatan menarik dan unik yang muncul dari Dekenat Jayapura sehubungan dengan gerak langkah bersama sebagai Dekenat adalah penyelenggaraan Novena Roh Kudus bersama di setiap paroki dalam dekenat pada minggu kedua dan ketiga di bulan Mei 2008. Gerak bersama ini semakin diperkuat dengan komitmen untuk saling bertukar mimbar sesama pemimpin doa novena atau sesama pastor paroki. Bukan hanya saling bertukar mimbar, tetapi dalam program yang ada direncanakan tim pastoral dekenat yang terdiri dari para pastor paroki merencanakan kunjungan ke paroki-paroki yang ada di luar kota, seperti Taja dan Sarmi. Tujuannya tidak lain adalah untuk melihat secara langsung keadaan umat paroki di luar kota sekaligus memberikan semangat bagi umat dalam menghayati hidup menggereja terutama dalam melaksanakan gerak bersama sesuai amanat sinode.

Penutup

Usaha melihat masa lalu untuk menatap masa depan melalui rancangan program Pastoral 2008 demi mencapai Gereja Mandiri yang Misioner dengan satu semangat “berjalan bersama” telah rampung. Kini saatnya untuk mengimplementasikan rancangan yang ada. Kadangkala bagian ini menjadi sulit untuk dilaksanakan karena membutuhkan pengorbanan waktu, perhatian dan diri sendiri. Teringatlah daku akan seuntai kalimat bijak dari Helen Rice, “Memberi sering diartikan dari sudut pandang barang yang kita berikan, tetapi pemberian kita yang terbesar adalah waktu, kebaikan hati, hiburan dan diri kita bagi mereka yang membutuhkan kita”. Bila berangkat dari kalimat bijak Helen Rice ini, dan seluruh umat yang ada di Keuskupan Jayapura menghayatinya sehingga rela memberikan waktu, kebaikan hati, hiburan dan diri kita demi Gereja Mandiri yang Misioner, maka Kerajaan Allah yang menjadi impian setiap umat manusia di Keuskupan Jayapura ini, akan terwujud nyata kini dan di sini. Inilah saatnya untuk menikmati masa kini, yang adalah karunia dengan berlomba-lomba melaksanakan seluruh program yang telah direncanakan. Wassalam.

Tidak ada komentar: